Riya adalah istilah dalam Islam yang sering kali menjadi perhatian serius bagi setiap Muslim. Dalam bahasa Arab, riya secara harfiah berarti “menunjukkan” atau “memperlihatkan.” Dalam konteks ibadah, riya merujuk pada tindakan memperlihatkan amal ibadah seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar mendapat pujian atau pengakuan dari mereka.
Pengertian Riya
Riya merupakan salah satu bentuk penyakit hati yang dapat menghilangkan nilai ibadah yang dilakukan. Dalam Islam, ibadah harus dilakukan dengan niat yang tulus hanya karena Allah. Ketika seseorang melakukan amal ibadah hanya untuk mendapatkan pujian atau perhatian dari orang lain, maka amal tersebut tidak lagi bernilai di sisi Allah.
Sifat riya dapat menghilangkan kebaikan itu sendiri sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 264:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًاۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْاۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu licin yang diatasnya ada debu, lalu batu itu diguyur hujan lebat sehingga tinggallah (batu) itu licin Kembali. Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum kafir.”
Juga dijelaskan dalam hadist Nabi Muhammad SAW:
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadist ini menekankan pentingnya niat dalam setiap amal ibadah. Jika niatnya tidak murni karena Allah, maka amal tersebut tidak diterima.
Riya adalah mencari pujian, kemegahan, atau kedudukan melalui amal ibadah. Sesungguhnya, riya diharamkan, dan orang yang memiliki sifat ini mendapat kutukan keras di sisi Allah.
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitabnya Minhajul Muslim mengatakan, bahwa riya pada hakikatnya adalah perilaku seorang hamba menaati Allah tetapi memiliki keinginan lain agar memperoleh kedudukan dan derajat di mata manusia. Abu Al-Jazairi bahkan berkata riya merupakan kemunafikan.
Dalil tentang Bahaya Riya
Berdasarkan buku Kumpulan Hadits Qudsi Pilihan oleh Syaikh Fathi Ghanim, berikut beberapa dalil yang membahas tentang riya.
- Dalil Riya Lebih Bahaya dari Fitnah Dajjal
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menyebut bahwa riya lebih berbahaya daripada fitnah Dajjal. Beliau berkata,
“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Al Masih Ad Dajjal? Dia berkata, “Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi : yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya.” (HR. Ibnu Majah)
- Dalil Riya adalah perbuatan yang merusak
Perbuatan riya dianggap lebih merusak daripada serigala yang menyerang domba. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi,
“Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dan dilepaskan de tengah sekumpulan domba lebih merusak daripada ketamakan seorang kepada harta dan kedudukan bagi agamanya.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Darimi, dan yang lainnya dari Ka’ab bin Malik)
- Dalil Riya dapat menghapus dan membatalkan Amal Shaleh
Riya dapat menghapus atau membatalkan amal shaleh yang telah dilakukan oleh seorang Muslim. Shalat mereka dikatakan tidak akan mendapat pahala dari Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda,
“Aku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang dicampuri dengan perbuatan syirik kepada-Ku, maka Aku tinggalkan dia dan (Aku tidak terima) amal kesyirikannya.” (HR. Musilim dan Ibnu Majah)
Tingkatan-tingkatan Riya
Riya bisa bervariasi dalam tingkatannya, tergantung pada motivasi dan intensitasnya:
- Riya Berat
Ini adalah bentuk riya yang paling parah, di mana seseorang melakukan amal ibadah semata-mata untuk mendapatkan pujian dan perhatian dari orang lain. Amal ibadahnya tidak memiliki nilai di hadapan Allah. - Riya Sedang
Ini adalah riya yang kadang-kadang muncul. Misalnya, seseorang mungkin melakukan ibadah dengan niat yang murni, tetapi ada perasaan senang atau bangga ketika dilihat oleh orang lain. - Riya Ringan
Riya ini sering kali tidak disadari dan mungkin berupa kebiasaan atau dorongan hati yang kecil. Misalnya, seseorang merasa senang ketika orang lain mengetahui ibadah yang dilakukannya.
Cara Menghindari Riya
Untuk memastikan bahwa amal ibadah kita diterima oleh Allah dan tidak terkontaminasi oleh riya, ada beberapa langkah yang bisa diambil:
- Perbaiki Niat
Selalu periksa niat kita sebelum melakukan amal ibadah. Pastikan bahwa niat kita semata-mata karena Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain.
- Tingkatkan Kesadaran Spiritual
Berusaha untuk meningkatkan kesadaran akan kehadiran Allah dan pentingnya ikhlas dalam setiap amal ibadah. Membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan melakukan muhasabah (introspeksi) dapat membantu memperkuat niat yang tulus.
- Amalkan Sederhana
Lakukan ibadah secara sederhana dan jangan terlalu berlebihan dalam memamerkan amal ibadah kita. Rasulullah SAW menganjurkan untuk menjaga kesederhanaan dalam beribadah.
- Berdoa untuk Keikhlasan
Selalu berdoa kepada Allah agar diberikan keikhlasan dalam setiap amal ibadah. Doa dapat membantu membersihkan hati dan menjauhkan kita dari niat yang tidak murni.
- Menghindari Kesempatan untuk Riya
Hindari situasi yang bisa memicu rasa ingin diperhatikan oleh orang lain ketika beribadah. Misalnya, beribadah di tempat yang sepi atau pribadi bisa membantu menjaga keikhlasan.
- Berbuat sewajarnya dalam berbagai hal, tidak berlebih-lebihan maupun dikurangi.
- Senantiasa berbuat baik dihadapan banyak orang ataupun saat tidak ada orang.
- Tidak membicarakan perbuatan-perbuatan yang pernah dilakukan kepada orang lain apalagi dengan maksud mendapat pujian.
- Tidak merasa bangga dengan kelebihan yang dimiliki.
- Meminta perlindungan dan senantiasa berdoa kepada Allah SWT. Agar dihindari dan dijauhkan dari sifat riya.
Kesimpulan
Riya adalah penyakit hati yang bisa merusak nilai ibadah seseorang. Memahami pengertian, dalil-dalil, dan tingkatan riya membantu kita untuk lebih waspada dan menjaga keikhlasan dalam setiap amal ibadah. Dengan memperbaiki niat, meningkatkan kesadaran spiritual, dan berdoa kepada Allah, kita dapat menghindari riya dan memastikan amal ibadah kita diterima di sisi-Nya. Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk beribadah dengan niat yang murni dan ikhlas.